NAMA : Astri Kartikasari
NPM : 11514757
KELAS : 3PA11
Analisis Tugas Kelompok (Kelompok 1) :
PENDEKATAN GESTALT
Permainan Dialog
Sejarah Pendekatan Gestalt
Frederick
S (“Fritz”) Perls (1893-1970) pencetus utama dan pengembang teori Gestalt/
Lahir di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Setelah perang, Pearls
bekerja bersama Kurt Goldstein pada institute Goldstein untuk kerusakan otak
tentara di Frankfurt dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang
sebagai satu keseluruhan buka dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudia ia
pindah ke Wina dan memulai latihan psikoanalisisnya. Perl di analisis oleh
Wilhelm Reich, ahli psikoanalisis yang menokohi metode-metode pemahanan dan
perubahan kepribadian melalui terapi tubuh. Dia juga di awasi oleh sejumlah
tokoh pergerakan psikoanalisis termasuk Karen Horney.
Setelah itu, Perls pindah ke Amerika pada tahun 1946 dan
mendirikan Institut Terapi Gestalt New York pada tahun 1952. Bahkan dia tinggal
di Big Sur, California, dan memberi workshop dan seminar di Institut Esalen,
menata reputasinya sebagai seorang inovator psikoterapi. Disini ia memiliki
pengaruh besar pada masyarakat, sebagian karena profesionalisme menulisnya, dan
sebagian besar karena hubungan pribadinya dalam workshopnya. Secara pribadi,
Perls adalah orang penting dan membingungkan. Masyarakat menyeganinya atau
kadangkala menganggapnya sebagai orang yang kejam.
Laura Posner Perls (1905-1990) lahir di Pforzhein,
German. Dia mulai main piano semenjak usia 5 tahun dan mampu memainkannya
secara profesional pada usia 18 tahun. Sejak usia 8 tahun dia mengikuti tarian
modern yang kemudian menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dari sana Laura
mulai praktek sebagai psikoanalis, dia mempersiapkan karirnya sebagai pemain
piano, masuk sekolah Hukum, mendapat title di Psikologi Gestalt, dan mendirikan
studi Filsafat Gestalt. Jelasnya Laura memiliki latar belakang yang kaya ketika
bertemu dengan Fritz tahun 1926 dan memulai kerja-samanya yang menghasilkan
terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikah pada tahun 1930. Mereka mendirikan
institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam
pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan
mempertahankan pergerakan terapi Gestalt di Amerika dari akhir tahun 1940an
sampai kematiannya tahun 1990.
Teori Gestalt merupakan sebuah pendekatan
fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap individu harus
memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya adalah bagi
klien untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka
mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi.
Pendekatannya bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan
realitas dan bersifat eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia
selalu dalam proses menjadi dan mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan
eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada eksistensi
sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas pertumbuhan dan
penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef, 1995).
Definisi Permainan Dialog
Permainan dialog merupakan salah satu teknik dalam pendekatan
Gestalt yang bertujuan untuk mengarahkan diri client pada suatu posisi dimana client
dapat berani mengambil resiko dalam situasi yang saling bertentangan, misalnya
kecenderungan orangtua lawan kecenderungan anak; kecenderungan bertanggung
jawab lawan kecenderungan masa bodoh; kecenderungan ”anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh”; dan kecenderungan otonom lawan kecenderungan
tergantung.
Tahap Pelaksanaan Permainan
Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan
top dog (adil, menuntut, dan berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban,
bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan
kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien dapat merasakan
keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.
Kelebihan dan Kekurangan Permainan Dialog
1. Kelebihan Permainan Dialog
a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa
aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b.Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap
pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c. Terapi Gestalt
menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d.
Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien
untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e. Terapi Gestalt
menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi
abstrak tentang masalah klien.
2. Kekurangan Permainan Dialog
a. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang
kukuhTerapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan
faktor-faktor kognitif
b. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita
sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain
c.
Terdapat bahaya yang nyata bahwa
terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis
sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
d.
Para klien sering bereaksi negatif
terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah
sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya
sebagai muslihat-muslihat.
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Emotion Reeducational
Definisi Emotion Reeducational
Emotion
Reeducational adalah salah satu teknik dalam psikoanalisis yang digunakan
untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya atau di kehidupan
sehari-hari.
Tahap Pelaksanaan Emotion Reeducational
- Wawancara awal
- Developing of transference, yaitu melakukan diskusi
mengenai dorongan atau konflik tidak disadari dari masa lalu terhadap significant other
- Working through, yaitu merealisasikan
hal-hal yang diperoleh dalam tahap insight
- Resolution of transference, yaitu jika pasien dan
terapis merasa puas dengan tujuan utama yang telah tercapai, maka pasien
akan mendapatkan kehidupan yang baru
Kelebihan dan Kekurangan Emotion Reeducational
1.
Kelebihan Emotion Reeducational
a.
Freud membuat jelas bahwa manusia sering
berpikir dan berperilaku dengan dorongan yang tidak mereka akui
b.
Freud
berani dan tanggap melakukan observasi yang membuahkan teori kepribadian
pertama dan teknik psikoterapi pertama yang efektif
c.
Freud mengidentifikasi pengaruh dini bentuk
perkembangan kepribadian yang berimplikasi pada perkembangan anak
d.
Freud
mengembangkan model wawancara sebagai konseling
e.
Psikoanalisis adalah sebuah sistem yang
memiliki kesesuaian yang tinggi antara teori dan teknik
f.
Teori psikoanalisis dalam menjelaskan
kepribadian manusia secara komprehensif dan kompleks
2. Kekurangan Emotion Reeducational
a.
Freud menjelaskan bahwa perilaku seseorang
hanya disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual
b.
Istilah
ego, id, dan superego; alam sadar dan alam bawah sadar; tahap oral dan tahap
falik; analisis mimpi dan sebagainya tidak memiliki definisi operasional yang
artinya istilah tersebut tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang
spesifik. Peneliti harus menyusun sendiri definisi untuk sederetan istilah
dalam psikoanalisis
PENDEKATAN KOGNITIF
Self-Instructional Therapy
Definisi Self-Instructional Therapy
Self-Instruction Training merupakan sebuah metodologi yang diadaptasi dari modifikasi
konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum pada tahun 1977.
Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku ensitivee dipengaruhi oleh pikiran
irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker &
Butler, 1984).
Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan ensiti
diri dengan menggunakan verbalisasi diri sebagai
rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam
Tang, 2006). Self-instruction training adalah
suatu teknik untuk membantu klien terhadap apa yang konseli ensitiv
kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri yang lebih
adaptif (Ilfiandra, 2008).
Tahap Pelaksanaan Self-Instruction
Therapy
1.
Metode non direktif, yaitu dengan memberikan
instruksi kepada konseli, kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang
melalui aktivitas dan verbalisasi.
2.
Metode interaktif yang dipasangkan dengan teknik ensiti
diri seperti monitoring diri, evaluasi diri, dan penguatan diri.
3.
Metode penerapan modeling, imitasi dan eksekusi, yaitu terapis mencontohkan, kemudian konseli
menirukannya bersama terapis. Saat konseli dirasa mampu, maka konseli
diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri
Dalam
menangani masalah akademik, teknik self-instruction
yang digunakan adalah model Meichenbaum & Goodman (Rokke &
Rehm dalam Sugara, 2011) yang
menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang digunakan dalam teknik ini, yaitu:
- Tahap pertama, yaitu pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli
diharapkan lebih ensitive terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi
fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar.
- Tahapan
kedua, yaitu melakukan konseptualisasi terhadap
masalah. Pada tahapan ini konselor merencanakan
intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap masalah. Konselor
mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang irasional yang menyebabkan
terjadinya masalah.
- Tahapan
ketiga, yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan
perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri.
Teknik self-instruction
yang digunakan dalam mereduksi stres akademik ini bertujuan untuk melakukan
restrukturisasi sistem berpikir melalui perubahan verbalisasi diri
yang positif, sehingga melahirkan perilaku
yang lebih adaptif. Adapun prosedur dalam melakukan teknik
self-instruction untuk mereduksi stres akademik yang
disebutkan oleh Meichenbaum & Goodman (Bryant
& Budd, 1982) adalah sebagai berikut:
1.
Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan
langkah-langkah dalam self-instruction
dengan suara keras.
2.
Konseli melakukan verbalisasi
seperti yang dicontohkan oleh konselor dengan suara
keras.
3.
Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan
suara yang keras seperti apa yang konselor bisikkan kepadanya.
4.
Konseli mengungkapkan verbalisasi
diri dengan suara berbisik dengan melihat gerak bibir konselor yang
memberikan isyarat kepadanya.
5.
Konseli melakukan tugasnya dengan hanya
menggerakkan bibir dan tanpa suara.
6.
Konseli diminta untuk
mengucapkan kata-kata untuk dirinya sendiri
saat melakukan teknik ini.
Self-instruction
therapy dimaksudkan sebagai
strategi pemecahan masalah yang dialami oleh anak. Sesuai
dengan pendapat Meichenbaum dan Asarnow bahwa
seharusnya mengajarkan anak untuk tidak berpikir “apa”
melainkan“bagaimana” dalam melakukan sesuatu, serta untuk memfasilitasi
prosedur mediasi kognitif dalam memecahkan permasalahan
anak (Bryant & Budd, 1982).
Kelebihan dan Kekurangan dalam Self-Instruction
Therapy
1. Kelebihan Self-Instruction Therapy
- Dapat mengukur kemampuan interpersonal dan
kemampuan sosial seseorang
- Membangun keterampilan sosial seseorang
- Keterampilan berkomunikasi atau
bersosialisasi
- Pelatihan ketegasan
- Keterampilan meningkatkan hubungan
- Pelatihan resolusi konflik dan manajemenagresi
- Tidak berfokus pada satu sisi saja (tidak
hanya perilaku) tetapi juga dalam kognitif seseorang
2. Kekurangan Self-Instruction Therapy
- Hanya mengukur dan mengatahui kondisi
pada saat itu, selain itu membutuhan waktu yang relatif lama.