TUGAS
Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikoterapi pada Materi
mengenai Pengertian Psikoterapi dan beberapa Alirannya
Semester 6
Tahun 2017
Pengampu : Ibu Aprilia Maharani
Ayuningsih
OLEH :
Astri
Kartikasari/11514757/ 3PA11
UNIVERSITAS GUNADARMA
JL. Akses, Kelapa Dua, Cimanggis 16451 Telp/Ext. (021)8710561/8727541.
106. Depok - Jawa barat
DEPOK – JAWA BARAT
PENGERTIAN
PSIKOTERAPI
Dilihat secara etimologis
psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu
“mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi
dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:
1. Watson
& Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan
terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan
psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik
untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam
kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya,
2. Corsini
(1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap
pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua
orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang
tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena
ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:
fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan
atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku
(ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul
kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan
beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui
resmi untuk bertindak sebagai terapis.
3. Ivey
& Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang,
berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih
besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa
para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses
perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode
psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan
pasien.
TUJUAN
PSIKOTERAPI
Berikut ini akan
diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode
dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey,
et al (1987) dan Corey (1991):
1. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan
menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam
menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et
al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang
menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi
pertumbuhannya yang unik.
4. Tujuan
psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk
memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak,
sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa
mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
5. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk
menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola
perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
6. Sehubung
dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan
pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang
menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan
toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
7. Corey
(1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif
terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang
menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara rasional dan toleran.
8. Tujuan
psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al
(1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab
terhadap arah kehidupan seseorang.
9. Corey
(1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman
mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab
dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan
ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi
antara lain :
1. Perawatan
akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
2. Rehabilitasi
(memperbaiki gangguan perilaku berat)
3. Pemeliharaan
(pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
4. Restrukturisasi
(meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
UNSUR-UNSUR
PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu 1984)
telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur
lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1. Peran
sosial (martabat) psikoterapis,
2. Hubungan
(persekutuan terapeutik),
3. Hak,
4. Retrospeksi,
5. Re-edukasi,
6. Rehabilitasi,
7. Resosialisasi
dan rekapitulasi.
Unsur – unsur
psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi
dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan
terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
TERAPI
HUMANISTIK
Tokoh nya antara lain
Carl Rogers. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan pada pengalaman-pengalaman
dasar. Tarapi ini juga memusatkan perhatian pada apa apa yang dialami pasien
pada masa sekarang –“di sini dan kini”- dan bukan pada masa lampau. Tapi ada
kesamaan antara terapi psikodinamik dengan terapi humanistic, yakni
kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman
masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan persaan-perasaan individu
sekarang, dan kedua-duanya berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran
diri pasien.
Teknik-teknik
Terapi Humanistik
1. Person-Centered
Therapy (Carl R. Rogers)
2. Gestalt
Therapy (Fritz Perls)
3. Transactional
Analysis (Eric Berne)
4. Rational-Emotive
Therapy (Albert Ellis
5. Existential
Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor
Frankl)
Langkah-langkah
dalam proses terapi
Karena pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutik yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang diidntegrasikan dalam pendekatan eksistensal. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain tetapi juga dari fase yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.
Karena pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutik yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang diidntegrasikan dalam pendekatan eksistensal. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain tetapi juga dari fase yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.
Tujuan
terapi
Memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa depan.
Memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa depan.
Kelebihan
1. Bersifat pembentukan kepribadian, hai nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena social
1. Bersifat pembentukan kepribadian, hai nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena social
2.
Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien
seperti masalah
karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan antaupun masa transisisi dalam perkembangan dari remaja
menjadi dewasa.
Kekurangan
1. Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek terapi.
2. Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar- samar. Sulit untuk dipegang.
3. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien yang ekstrem yang membutuhkan penanganan secara langsung
4. Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketidakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan.
Kekurangan
1. Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek terapi.
2. Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar- samar. Sulit untuk dipegang.
3. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien yang ekstrem yang membutuhkan penanganan secara langsung
4. Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketidakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan.
CONTOH
KASUS TERAPI HUMANISTIK :
A.
Biodata Klien
Nama: Udin
Usia: 34 Tahun
Status: Lajang
Pekerjaan: Karyawan
Agama: Islam
Usia: 34 Tahun
Status: Lajang
Pekerjaan: Karyawan
Agama: Islam
B.
Latar Belakang Kasus
Udin (34 tahun) adalah pria mapan, ia sudah memiliki rumah, mobil, dan juga kekayaan yang berhasil dia dapatkan dengan usahanya sendiri. Karir Udin dalam dunia pekerjaan juga dibilang sangat memuaskan namun Udin tidak pernah bisa bergaul dengan baik sejak ia ditinggal meninggal oleh tunangannya yang bernama Anna (28 tahun) karena penyakit kanker.
C. Deskripsi Kasus
Udin (35 tahun) adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil ia didik untuk menjadi seorang pembisnis sehingga saat ia memasuki dunia kerja, tidak heran jika karir Udin melejit dengan cukup pesat. Saat usia Udin 32 tahun, Udin melamar Anna yang baru dikenalnya selama satu bulan di sebuah kafe. Pada awalnya Anna menolak Udin karena merasa Udin tidak mengenal Anna tetapi karena Udin tetap gigih, Anna akhirnya mengizinkan Udin mengenalnya dan dalam waktu satu bulan mereka bertunangan.
Pertunangan mereka ditentang keluarga Udin, terutama karena Anna tidak pernah membawa Udin untuk berkenalan dengan keluarga Anna atau mengizinkan Udin untuk mengantar Anna ke rumahnya. Anna juga suka sekali menghilang dan pada saat Anna tidak dapat dihubungi secara misterius, Udin hanya bisa menunggu Anna untuk kembali.
Suatu hari Anna akhirnya menceritakan mengenai keluarganya, bahwa Anna hanya tinggal bersama kakak dari Ibunya karena ibunya meninggal karena kanker dan ayah Anna pergi meninggalkannya untuk menikah dengan
orang lain. Anna juga mengenalkan Udin pada satu temannya dan dari temannya diketahui bahwa sebelumnya Anna juga pernah bertunangan namun pertunangan itu selesai dengan tiba-tiba, tidak ada yang tahu alasan sebenarnya kecuali Anna.
Menghilangnya Anna kali ini membuat Udin tidak tenang karena ia kini tahu bahwa Anna sebelumnya sudah pernah bertunangan maka saat Anna kembali, Udin langsung bertanya dia pergi kemana saja tapi Anna tidak menjawab dan benar saja Anna meminta putus darinya. Tentu saja Udin tidak menerimanya hingga membuat Anna menangis tapi Anna tidak menceritakan alasannya, pada akhirnya Anna tetap pergi begitu saja setelah meminta putus secara sepihak.
Keesokan harinya Udin menerima surat dari Anna yang dikirimkan oleh teman Anna. Kemudian teman Anna bercerita bahwa seperti ibunya, Anna juga mengidap kanker yang sudah parah, dan karena mengenal Udin, Anna ingin hidup tetapi semuanya terlambat. Tetapi setelah memaksa Anna diberikan kesempatan untuk dioperasi dengan kemungkinan 80:20 kalau Anna akan selamat. Anna mengambil kesempatan itu tapi pada akhirnya Anna meninggal dan meninggalkan surat untuk Udin yang berisikan bahwa Anna meninggalkan hatinya untuk Udin selamanya.
Ditinggalkan oleh Anna yang walau dikenalnya hanya beberapa bulan membuat karir Udin merosot begitu juga kemampuannya dalam bergaul dan hal itu sudah berlangsung selama 2 tahun.
D. Penanganan Kasus
Dalam kasus ini teknik pertama yang bisa digunakan adalah teknik psikoanalisa yaitu transferensi. Karena Anna bersikap misterius, ada hal-hal yang tidak sempat diungkapkan oleh Udin kepada Anna, maka Udin akan mengeluarkan segala emosi yang ia tekan selama ini pada konselor dan setelah Udin merasa sedikit lega, teknik berikutnya yang dapat digunakan yaitu teknik humanistik dengan pendekatan logo teraphy yaitu dengann modification attitude. Teknik modification attitude digunakan untuk noogenic neurosis,
depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit. Penekanannya pada reframing sikap dari negatif ke positif.
Udin yang mengalami depresi berat karena ditinggal meninggal oleh Anna akan diminta untuk menemukan sisi positif dari hal negatif yang ia alami. Terapis akan memposisikan diri sebagai Udin dan memberi tahu hal-hal positif yang telah ia lalui walau sudah tidak bersama Anna, memberitahu bahwa Anna meninggalkannya dengan harapan Udin tidak mengalami depresi dan juga bahwa walau mereka hanya mengenal sebentar tetapi Udin sudah berhasil membuat Anna berani menghadapi penyakitnya.
Dengan memberitahu hal-hal positif tersebut, depresi yang dialami Udin akan menurun dan akhirnya Udin dapat kembali merintis karirnya yang sempat menurun dan kembali bergaul dengan teman-temannya.
Udin (34 tahun) adalah pria mapan, ia sudah memiliki rumah, mobil, dan juga kekayaan yang berhasil dia dapatkan dengan usahanya sendiri. Karir Udin dalam dunia pekerjaan juga dibilang sangat memuaskan namun Udin tidak pernah bisa bergaul dengan baik sejak ia ditinggal meninggal oleh tunangannya yang bernama Anna (28 tahun) karena penyakit kanker.
C. Deskripsi Kasus
Udin (35 tahun) adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil ia didik untuk menjadi seorang pembisnis sehingga saat ia memasuki dunia kerja, tidak heran jika karir Udin melejit dengan cukup pesat. Saat usia Udin 32 tahun, Udin melamar Anna yang baru dikenalnya selama satu bulan di sebuah kafe. Pada awalnya Anna menolak Udin karena merasa Udin tidak mengenal Anna tetapi karena Udin tetap gigih, Anna akhirnya mengizinkan Udin mengenalnya dan dalam waktu satu bulan mereka bertunangan.
Pertunangan mereka ditentang keluarga Udin, terutama karena Anna tidak pernah membawa Udin untuk berkenalan dengan keluarga Anna atau mengizinkan Udin untuk mengantar Anna ke rumahnya. Anna juga suka sekali menghilang dan pada saat Anna tidak dapat dihubungi secara misterius, Udin hanya bisa menunggu Anna untuk kembali.
Suatu hari Anna akhirnya menceritakan mengenai keluarganya, bahwa Anna hanya tinggal bersama kakak dari Ibunya karena ibunya meninggal karena kanker dan ayah Anna pergi meninggalkannya untuk menikah dengan
orang lain. Anna juga mengenalkan Udin pada satu temannya dan dari temannya diketahui bahwa sebelumnya Anna juga pernah bertunangan namun pertunangan itu selesai dengan tiba-tiba, tidak ada yang tahu alasan sebenarnya kecuali Anna.
Menghilangnya Anna kali ini membuat Udin tidak tenang karena ia kini tahu bahwa Anna sebelumnya sudah pernah bertunangan maka saat Anna kembali, Udin langsung bertanya dia pergi kemana saja tapi Anna tidak menjawab dan benar saja Anna meminta putus darinya. Tentu saja Udin tidak menerimanya hingga membuat Anna menangis tapi Anna tidak menceritakan alasannya, pada akhirnya Anna tetap pergi begitu saja setelah meminta putus secara sepihak.
Keesokan harinya Udin menerima surat dari Anna yang dikirimkan oleh teman Anna. Kemudian teman Anna bercerita bahwa seperti ibunya, Anna juga mengidap kanker yang sudah parah, dan karena mengenal Udin, Anna ingin hidup tetapi semuanya terlambat. Tetapi setelah memaksa Anna diberikan kesempatan untuk dioperasi dengan kemungkinan 80:20 kalau Anna akan selamat. Anna mengambil kesempatan itu tapi pada akhirnya Anna meninggal dan meninggalkan surat untuk Udin yang berisikan bahwa Anna meninggalkan hatinya untuk Udin selamanya.
Ditinggalkan oleh Anna yang walau dikenalnya hanya beberapa bulan membuat karir Udin merosot begitu juga kemampuannya dalam bergaul dan hal itu sudah berlangsung selama 2 tahun.
D. Penanganan Kasus
Dalam kasus ini teknik pertama yang bisa digunakan adalah teknik psikoanalisa yaitu transferensi. Karena Anna bersikap misterius, ada hal-hal yang tidak sempat diungkapkan oleh Udin kepada Anna, maka Udin akan mengeluarkan segala emosi yang ia tekan selama ini pada konselor dan setelah Udin merasa sedikit lega, teknik berikutnya yang dapat digunakan yaitu teknik humanistik dengan pendekatan logo teraphy yaitu dengann modification attitude. Teknik modification attitude digunakan untuk noogenic neurosis,
depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit. Penekanannya pada reframing sikap dari negatif ke positif.
Udin yang mengalami depresi berat karena ditinggal meninggal oleh Anna akan diminta untuk menemukan sisi positif dari hal negatif yang ia alami. Terapis akan memposisikan diri sebagai Udin dan memberi tahu hal-hal positif yang telah ia lalui walau sudah tidak bersama Anna, memberitahu bahwa Anna meninggalkannya dengan harapan Udin tidak mengalami depresi dan juga bahwa walau mereka hanya mengenal sebentar tetapi Udin sudah berhasil membuat Anna berani menghadapi penyakitnya.
Dengan memberitahu hal-hal positif tersebut, depresi yang dialami Udin akan menurun dan akhirnya Udin dapat kembali merintis karirnya yang sempat menurun dan kembali bergaul dengan teman-temannya.
Teknik Terapi Humanistik
Abraham Maslow menyatakan
sebagai mazhab ke tiga dalam bidang psikologi,
mempertentangkan tradisi yang telah ada yaitu psikoanalisa dan aliran perilaku. Pada kedua aliran perilaku manusia dilihat, ditentukan, dibatasi oleh suatu kondisi dari naluri atau bakat atau insting tidak sadar. Paham lain menyatakan perilaku ditentukan oleh lingkungan atau pengaruh dari
keadaan. Kedua-duanya kurang berpandangan pada manusia. Psikologi humanistik berorientasi
pada manusia yang memiliki tujuan, nilai-nilai, pilihan, hak kebenaran, dan kapasitas untuk
menentukan nasibnya sendiri. Ia tidak menjadi korban yang tidak memiliki harapan dari kekuatan
yang tidak sadar atau hanya sekedar dari pengaruh dari lingkungan. Kemauan bebas dari manusia
tersebut dapat memaksimalkan potensi dan kebahagiaan dirinya. Tertinggi dari alasan manusia
adalah arah untuk mewujudkan dirinya secara maksimal.
Tugas therapist adalah membimbing individu untuk mengembangkan potensi ini dari
kekuatan pembatasan dari neurotik, dengan mengembangkan (1) empatik, pemahaman bahwa
dirinya unik, pandangan pribadi pada lingkungan, dan konsep diri klien; (2) pengembangan diri
dengan memberi harapan pada klien untuk mengalami dan menerima pengalaman, kejadian yang
ada, serta cakup pada apa yang telah mereka tolak; (3) memberi harapan secara penuh untuk
menerima dirinya yang unik, bertanggung jawab dan kebebasannya dalam bertindak pada sejumlah
pilihannya; dan (4) mewujudkan potensi secara penuh sebagai individu. Terapis sebagai individu
yang nyata terlibat pada pertemuan dengan kliennya, bebas dari pura-pura dan memainkan peranan, bukan sebagai terapis yang hanya bertindak teknis karena suatu interpretasi, memberi nasehat, atau dari pengaruh keadaan. Tujuan terapi humanistik adalah untuk berpindah dan menggerakkan seseorang yang minim motivasi, bergantung hanya pada lingkungan. Ia berharap dan bergantungpada lingkungan untuk menyediakan baginya kepuasan, menyatakan nilai sebagai individu,dorongan pertumbuhan sebagai manusia, bekerja keras untuk memperkaya dan memperbesarpengalamannya, hak untuk bergembira, dan memiliki otonomi (Maslow, 1962). Aktualisasi diri sangat jarang, hanya dapat dilakukan secara alami, spontan, bebas dari kecemasan, kondisi yang ragu, merasa diasingkan, tidak berharga, tidak memiliki pengalaman puncak, secara penuh, dan jelas; menjadi eksistensi individu secara penuh yang diserap dan berpusat pada pengalaman yang melebihi dari kungkungan penyimpangan yang telah disebutkan. Visi manusia dapat dipahami dan dapat dilakukan dengan pendekatan dari ‘pengalaman yang menghasilkan pertumbuhan’. Terapi tidak hanya mengarahkan sesuatu yang lebih baik, memperbandingkan yang kekurangan di masa
lampau atau gejala emosi, dan gerakan-gerakan ketidaksadaran. Ribuan orang secara formal mencari-cari pertumbuhan pribadi, mereka bergabung pada kelompok atau yang berpusat pada pertumbuhan pribadi. Banyak dari berbagai metode di mana para individu bergabung pada terapi kelompok, mereka berdiskusi untuk penggalian potensi individu. Hal ini menjadi dasar yang penting dan paling menyolokdari segi psikologi humanistik. Pendekatan psikologi humanistik hingga kini menjadi satu paket yang berisi gabungan nilai-nilai, daripada suatu teori sistematik kepribadian atau psikoterapi. Ajaran utama yang dibagikan adalah: (i) pemahaman kepribadian, memahami individu sebagai kesatuan; (ii) berpusat pada pengalaman individu daripada hanya perilaku yang dipandang dari sisi luar, seperti fenomenologi; (iii) sebagai metode ilmiah memerlukan partisipasi dari pengalaman, yang harus dihargai dari pengalaman empatik dan intuitif, yang tidak semata-mata mengunggulkan pengetahuan empirik; (iv) keunikan pribadi yang menjadi fokus yang penting; (v) tujuan, nilainilai, cita-cita. Dan berbagai hal di masa depan sebagai penentu lingkungan atau sejarah; (vi) tingkah laku manusia tidak dipandang hanya sebagai sesuatu yang sifatnya mekanistik atau
terminologi reduksi, tetapi lebih mengarah penekanan kebebasan manusia, dalam hal kreatifitas,
penilaian, dan aktualisasi diri; dan (vii) individu yang harus proaktif, mampu reaktif, bertindak
positif, menyesuaikan permintaan yang dituntut dari dirinya. Pola psikologi humanistik yang hadir lebih mengarah pada akar filosofi kemanusiaan yang lebih awal, fenomenologi dari Eropa, Eksistensialisme, dan politik liberalisme Anglo-Amerika. Gagasan psikologi humanistik ini dipertahankan oleh William James, Kurt Goldstein, Carl Rogers, Gordon Allport, dan Henry A. Murray dari sejumlah orang yang menentang psikologi ini sebagai psikologi yang posivistik. Jaman humanistik berpusat dari perluasan pengalaman, kegembiraan, pemenuhan dalam proses kehidupan. Hal-hal yang optimis dalam psikologi humanistik dapat memberikan pandangan dari sisi lain psikologi, yang pada saat itu banyak menghadapi kebingungan, dunia sebagai tempat yang menakutkan, dan peralihan waktu yang gelap. Pandangan manusia yang lebih baru mengarah pada suatu reaksi yang lebih dari hal-hal ilmiah dan pengembangan lingkungan, berkaitan dengan potensi mereka yang melihat kehidupan sosial dari pandangan dehumanisasi. Prinsip dan nilai-nilai psikologis humanistik nampak ramah, relevan, dipahami berkaitan dengan pengalaman hidup dan visi untuk hidup yang lebih baik.
mempertentangkan tradisi yang telah ada yaitu psikoanalisa dan aliran perilaku. Pada kedua aliran perilaku manusia dilihat, ditentukan, dibatasi oleh suatu kondisi dari naluri atau bakat atau insting tidak sadar. Paham lain menyatakan perilaku ditentukan oleh lingkungan atau pengaruh dari
keadaan. Kedua-duanya kurang berpandangan pada manusia. Psikologi humanistik berorientasi
pada manusia yang memiliki tujuan, nilai-nilai, pilihan, hak kebenaran, dan kapasitas untuk
menentukan nasibnya sendiri. Ia tidak menjadi korban yang tidak memiliki harapan dari kekuatan
yang tidak sadar atau hanya sekedar dari pengaruh dari lingkungan. Kemauan bebas dari manusia
tersebut dapat memaksimalkan potensi dan kebahagiaan dirinya. Tertinggi dari alasan manusia
adalah arah untuk mewujudkan dirinya secara maksimal.
Tugas therapist adalah membimbing individu untuk mengembangkan potensi ini dari
kekuatan pembatasan dari neurotik, dengan mengembangkan (1) empatik, pemahaman bahwa
dirinya unik, pandangan pribadi pada lingkungan, dan konsep diri klien; (2) pengembangan diri
dengan memberi harapan pada klien untuk mengalami dan menerima pengalaman, kejadian yang
ada, serta cakup pada apa yang telah mereka tolak; (3) memberi harapan secara penuh untuk
menerima dirinya yang unik, bertanggung jawab dan kebebasannya dalam bertindak pada sejumlah
pilihannya; dan (4) mewujudkan potensi secara penuh sebagai individu. Terapis sebagai individu
yang nyata terlibat pada pertemuan dengan kliennya, bebas dari pura-pura dan memainkan peranan, bukan sebagai terapis yang hanya bertindak teknis karena suatu interpretasi, memberi nasehat, atau dari pengaruh keadaan. Tujuan terapi humanistik adalah untuk berpindah dan menggerakkan seseorang yang minim motivasi, bergantung hanya pada lingkungan. Ia berharap dan bergantungpada lingkungan untuk menyediakan baginya kepuasan, menyatakan nilai sebagai individu,dorongan pertumbuhan sebagai manusia, bekerja keras untuk memperkaya dan memperbesarpengalamannya, hak untuk bergembira, dan memiliki otonomi (Maslow, 1962). Aktualisasi diri sangat jarang, hanya dapat dilakukan secara alami, spontan, bebas dari kecemasan, kondisi yang ragu, merasa diasingkan, tidak berharga, tidak memiliki pengalaman puncak, secara penuh, dan jelas; menjadi eksistensi individu secara penuh yang diserap dan berpusat pada pengalaman yang melebihi dari kungkungan penyimpangan yang telah disebutkan. Visi manusia dapat dipahami dan dapat dilakukan dengan pendekatan dari ‘pengalaman yang menghasilkan pertumbuhan’. Terapi tidak hanya mengarahkan sesuatu yang lebih baik, memperbandingkan yang kekurangan di masa
lampau atau gejala emosi, dan gerakan-gerakan ketidaksadaran. Ribuan orang secara formal mencari-cari pertumbuhan pribadi, mereka bergabung pada kelompok atau yang berpusat pada pertumbuhan pribadi. Banyak dari berbagai metode di mana para individu bergabung pada terapi kelompok, mereka berdiskusi untuk penggalian potensi individu. Hal ini menjadi dasar yang penting dan paling menyolokdari segi psikologi humanistik. Pendekatan psikologi humanistik hingga kini menjadi satu paket yang berisi gabungan nilai-nilai, daripada suatu teori sistematik kepribadian atau psikoterapi. Ajaran utama yang dibagikan adalah: (i) pemahaman kepribadian, memahami individu sebagai kesatuan; (ii) berpusat pada pengalaman individu daripada hanya perilaku yang dipandang dari sisi luar, seperti fenomenologi; (iii) sebagai metode ilmiah memerlukan partisipasi dari pengalaman, yang harus dihargai dari pengalaman empatik dan intuitif, yang tidak semata-mata mengunggulkan pengetahuan empirik; (iv) keunikan pribadi yang menjadi fokus yang penting; (v) tujuan, nilainilai, cita-cita. Dan berbagai hal di masa depan sebagai penentu lingkungan atau sejarah; (vi) tingkah laku manusia tidak dipandang hanya sebagai sesuatu yang sifatnya mekanistik atau
terminologi reduksi, tetapi lebih mengarah penekanan kebebasan manusia, dalam hal kreatifitas,
penilaian, dan aktualisasi diri; dan (vii) individu yang harus proaktif, mampu reaktif, bertindak
positif, menyesuaikan permintaan yang dituntut dari dirinya. Pola psikologi humanistik yang hadir lebih mengarah pada akar filosofi kemanusiaan yang lebih awal, fenomenologi dari Eropa, Eksistensialisme, dan politik liberalisme Anglo-Amerika. Gagasan psikologi humanistik ini dipertahankan oleh William James, Kurt Goldstein, Carl Rogers, Gordon Allport, dan Henry A. Murray dari sejumlah orang yang menentang psikologi ini sebagai psikologi yang posivistik. Jaman humanistik berpusat dari perluasan pengalaman, kegembiraan, pemenuhan dalam proses kehidupan. Hal-hal yang optimis dalam psikologi humanistik dapat memberikan pandangan dari sisi lain psikologi, yang pada saat itu banyak menghadapi kebingungan, dunia sebagai tempat yang menakutkan, dan peralihan waktu yang gelap. Pandangan manusia yang lebih baru mengarah pada suatu reaksi yang lebih dari hal-hal ilmiah dan pengembangan lingkungan, berkaitan dengan potensi mereka yang melihat kehidupan sosial dari pandangan dehumanisasi. Prinsip dan nilai-nilai psikologis humanistik nampak ramah, relevan, dipahami berkaitan dengan pengalaman hidup dan visi untuk hidup yang lebih baik.
Berikut ini akan
diuraikan apa yang disebut dengan terapi humanistik yang berkembang,
terkenal, dan berkaitan dengan lebih menggambarkan keragaman pada area ini, yaitu: psikoterapi
yang berpusat pada klien, logoterapi Frankl, dan terapi gestalt dari Perls (pada kajian ini yang
dijelaskan hanya psikoterapi yang berpusat pada klien). Perlu adanya tambahan pertimbangan
konsep dari fenomenologi dan eksistensialisme yang mendasari terapi ini dan hubungannya dengan
terapis.
terkenal, dan berkaitan dengan lebih menggambarkan keragaman pada area ini, yaitu: psikoterapi
yang berpusat pada klien, logoterapi Frankl, dan terapi gestalt dari Perls (pada kajian ini yang
dijelaskan hanya psikoterapi yang berpusat pada klien). Perlu adanya tambahan pertimbangan
konsep dari fenomenologi dan eksistensialisme yang mendasari terapi ini dan hubungannya dengan
terapis.
TERAPI
BEHAVIORAL
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah
pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory)
yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety
disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali
perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama 1920 melakukan
pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa
takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun 1927,
Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara
bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal
juga sebagai Stimulus dan Respon.
Terapi perilaku pertama kali ditemukan
pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan
Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan
(Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang
masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku.
Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik
kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang
menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi
berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program
grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara
pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran
pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk
mengembangkan programmed instruction.
Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald
Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh
anak-anak dengan masalah perilaku.
Tujuan:
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru
bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah
dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku
neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah
laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya
terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang
layak, namun belum dipelajari;
§
Meningkatkan perilaku, atau
§
Menurunkan perilaku
§
Meningkatkan perilaku:
§
Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
§
Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
§
Mengurangi perilaku:
§
Punishment: memberi stimulus aversi
§
Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
§
Extinction: menahan reinforcer
Teori dasar Metode Terapi Perilaku
§
Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned)
atau dipelajari (learned)
§
Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan
(deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
§
Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and
clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam
pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian
pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara
khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku
yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang
diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang
esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran
sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain
peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun
daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .
Bentuk bentuk terapi Perilaku
1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang
digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia
dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi
Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater
Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk
mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan
menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan.
Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk
menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut
dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses
desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari
sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola
memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai
gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil
bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan
menghentikan pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul
kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat
kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping
strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan
pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri
sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.
3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku
yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan
reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward
Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah
ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk
meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku
maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku
dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima
pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam
mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi
stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk
mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang
menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia
), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya
sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967.
Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain
psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk
pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk
menghindari rangsangan negatif.
Tehnik Terapi:
- Mencari
stimulus yang memicu gejala gejala
- Menaksir/analisa
kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku
klien dari keadaan normal sebelumnya.
- Meminta
klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai
celaan atau judgement oleh terapis.
- Bergerak
mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan
meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya,
dan
- Ulangi
lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan
yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer,
dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan,
walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama
berabad-abad.
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang
dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot
besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki
dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk
mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien
mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien
diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut
memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang
dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.
6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey
do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
§
Attention to the model.
§
Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
§
Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
§
Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang
telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
§
reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
- Tidak
mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau
perasaan tersinggung.
- Menunjukkan
kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya,
- Klien
yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
- Merasa
tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran
sendiri.
Prosedur:
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya
untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta
mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi
terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi
atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku
baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan
pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya
secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas
terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah
laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif,
Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya
memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang
tidak diinginkan.
Efek-efek samping:
§
Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum
boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
§
Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang
dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
§
Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang
berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum
karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran,
sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri
organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling
berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara,
berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip
penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola
tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian
ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif,
pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token
economy.
§
Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah
laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku.
Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang
tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur
atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan
kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan
pernerkuat-pemerkuat primer.
§
Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang
secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku
baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir.
Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak
terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan
dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin
membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa
memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya
itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan
sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih
adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
§
Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada
tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan
intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan
tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus.
Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada
tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah
laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan
muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik
apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu
meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa
dikurangi.
§
Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila
suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut
cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang
dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk
menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah
laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi
berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh
perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa
penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika
seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru
si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus
kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan
kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
§
Modeling, metodenya dengan mengamati
seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.
Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman
langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah
laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan
sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku
model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki
seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang
mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami
akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian
diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi
oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat
di mata mereka sebagai pengamat.
§
Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan
untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang
tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy,
tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa
diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan
objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip
dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar
untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan.
Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih
murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala
perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik
neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah
mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala
sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala
tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan
jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah
timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh
pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic
adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang
mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya
dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa
terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada
psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi
gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu
pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan
kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi
perilaku.
CONTOH
KASUS TERAPI BEHAVIORAL :
Contoh Kasus Teknik Perkuatan Intermiten
- Seorang anak yang diberi pujian setiap berhasil menyelesaikan
soal-soal matematika, misalnya, memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk
berputus asa ketika menghadapi kegagalan dibanding dengan apabila si anak hanya
diberi pujian sekali-sekali.
Contoh Kasus Teknik Penghapusan
- Jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah
dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian
sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama
perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang
diinginkan.
- Contohnya, seorang anak yang telah belajar bahwa dia
dengan mengomel biasanya memperoleh apa yang diinginkan, mungkin akan
memperhebat omelannya ketika permintaannya tidak segera dipenuhi. Jadi,
kesabaran mengahadapi periode peralihan sangan diperlukan.
Contoh Kasus Teknik Modelling
- Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia
dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ).
Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang
model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
- Seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur
oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan
lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
- Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara
peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara
membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung.
- Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak
dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di
lapangan.
TERAPI
PSIKOANALISA
Psikoanalisa
secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai
ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena
ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang
disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah
Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya
penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan
pandangan mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia.
Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik
pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan
yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa
kanak-kanak yang ditekan.
Terapi psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang
dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang
direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak
disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh informasi
permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.
Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik,
maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional
antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien
dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan
serta tujuannya untuk menemui terapis.
Terapi psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan
untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan dengan konsep utama dari
psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong
3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan
yang merupakan bagian kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta
mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa
masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan
masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya
sehari-hari.
Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa
teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut;
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam
psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai
“penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk
memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa
yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal
konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong,
apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal
dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar
sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak
disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan
data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya,
dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada
yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang
sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi
klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya,
sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat
asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas
untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing
pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang
tidak disadari).
Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan
dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi
dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis
untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku
apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar
secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan
adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan
untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam
perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien
menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh
analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi
kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Analisis Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan
pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan
perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran
lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang
terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi
laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan
tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan
seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes
yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana
adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud
adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau
semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis
mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal
yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan
melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke
permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan
“jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut
hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang
bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis
adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol
yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga
dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi
manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Analisis dan interpretasi resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan
terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama
asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai
dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan
penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari
alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis
meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah
material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara
mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan
khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik
pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan
dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada
analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.
Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan
sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan
neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme
pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti.
Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk
menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk
menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal
kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu
mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami
pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk
menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat
netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi
pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional)
pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif:
saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga
menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif:
saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras
terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.
Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap
selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa
mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak
seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu.
Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak
sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan,
membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian
serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang
realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk
mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu
pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki
dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa
yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan
seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya
yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
CONTOH
KASUS :
Rina siswi SMP berumur 12
tahun, pintar dan selalu ingin melakukan yang terbaik. Rina menyukai hal yang
berhubungan dengan seni dan pandai melukis. Tetapi ia sangat berbeda ketika
diminta untuk mengerjakan soal-soal di depan kelas. Ia sering mengeluhkan beberapa
kata yang menurut dia tidak ada maknanya. Ketakutan terhadap kemampuan
membacanya menimbulkan masalah di sekolahnya, juga dengan temannya. Ia kadang
merasa marah akan sesuatu dan sulit menenangkan diri, ia tampak
khawatir terhadap segala hal, selalu cemas akan bencana yang akan
menimpah dirinya ketika ia berinteraksi dengan orang lain terutama teman-teman
di sekolahnya. Jika ia gagal menciptakan sesuatu seperti yang ia harapkan, ia
akan marah dan memukul ke segala arah dan membentur-benturkan kepalanya di
tembok. Di rumah, keluarga Rina sering melihat tingkah lakunya yang selalu
menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran mengenai suatu hal yg mengganggu
tidurnya, ia selalu gelisah dan menyebabkannya jatuh sakit.
Cara
menangani Kasus :
Pendekatan Psikoanalisis, karena
memandang gangguan anxietas menyeluruh berakar dari konflik-konflik yang
ditekan, sebagian besar psikoanalisis bekerja untuk membantu pasien untuk
menghadapi sumber-sumber konflik yang sebenarnya. Penanganannya hampir sama
dengan penanganan fobia. Menggunakan intervensi psikodinamika yang memfokuskan
pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa lalu dan masa kini pasien dan
mendorong cara yang lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain pada saat
ini