Jumat, 17 Maret 2017

Tugas Softskill pertama (Pengertian Psikoterapi dan Pengertian beberapa Alirannya dengan contoh kasus)

TUGAS
Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikoterapi pada Materi mengenai Pengertian Psikoterapi dan beberapa Alirannya
Semester 6
Tahun 2017
Pengampu : Ibu Aprilia Maharani Ayuningsih

OLEH :
Astri Kartikasari/11514757/ 3PA11
UNIVERSITAS GUNADARMA

JL. Akses, Kelapa Dua, Cimanggis 16451 Telp/Ext. (021)8710561/8727541. 106. Depok - Jawa barat
DEPOK – JAWA BARAT






PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:
1.      Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya,
2.      Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
3.      Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan pasien.

TUJUAN PSIKOTERAPI
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
1.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
4.      Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
5.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
6.      Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
7.      Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
8.      Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
9.      Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
1.      Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
2.      Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat)
3.      Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
4.      Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.      Peran sosial (martabat) psikoterapis,
2.      Hubungan (persekutuan terapeutik),
3.      Hak,
4.      Retrospeksi,
5.      Re-edukasi,
6.      Rehabilitasi,
7.      Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur – unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.

TERAPI HUMANISTIK
Tokoh nya antara lain Carl Rogers. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan pada pengalaman-pengalaman dasar. Tarapi ini juga memusatkan perhatian pada apa apa yang dialami pasien pada masa sekarang –“di sini dan kini”- dan bukan pada masa lampau. Tapi ada kesamaan antara terapi psikodinamik dengan terapi humanistic, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan persaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien. 
Teknik-teknik Terapi Humanistik
1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis
5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Langkah-langkah dalam proses terapi
            Karena pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutik yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang diidntegrasikan dalam pendekatan eksistensal. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain tetapi juga dari fase yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.

Tujuan terapi
            Memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa depan.

Kelebihan
            1. Bersifat pembentukan kepribadian, hai nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena      social
            2. Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti             masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan antaupun masa transisisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
Kekurangan
            1. Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek terapi.
            2. Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar-  samar. Sulit untuk dipegang.
            3. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien          yang ekstrem yang membutuhkan penanganan secara langsung
            4. Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketidakpastian kapan berakhir,      berapa jam dan berapa kali pertemuan. 
CONTOH KASUS TERAPI HUMANISTIK       :
A. Biodata Klien
Nama: Udin
Usia: 34 Tahun
Status: Lajang
Pekerjaan: Karyawan
Agama: Islam

B. Latar Belakang Kasus
            Udin (34 tahun) adalah pria mapan, ia sudah memiliki rumah, mobil, dan juga kekayaan yang berhasil dia dapatkan dengan usahanya sendiri. Karir Udin dalam dunia pekerjaan juga dibilang sangat memuaskan namun Udin tidak pernah bisa bergaul dengan baik sejak ia ditinggal meninggal oleh tunangannya yang bernama Anna (28 tahun) karena penyakit kanker.

C. Deskripsi Kasus
            Udin (35 tahun) adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil ia didik untuk menjadi seorang pembisnis sehingga saat ia memasuki dunia kerja, tidak heran jika karir Udin melejit dengan cukup pesat. Saat usia Udin 32 tahun, Udin melamar Anna yang baru dikenalnya selama satu bulan di sebuah kafe. Pada awalnya Anna menolak Udin karena merasa Udin tidak mengenal Anna tetapi karena Udin tetap gigih, Anna akhirnya mengizinkan Udin mengenalnya dan dalam waktu satu bulan mereka bertunangan.
Pertunangan mereka ditentang keluarga Udin, terutama karena Anna tidak pernah membawa Udin untuk berkenalan dengan keluarga Anna atau mengizinkan Udin untuk mengantar Anna ke rumahnya. Anna juga suka sekali menghilang dan pada saat Anna tidak dapat dihubungi secara misterius, Udin hanya bisa menunggu Anna untuk kembali.
Suatu hari Anna akhirnya menceritakan mengenai keluarganya, bahwa Anna hanya tinggal bersama kakak dari Ibunya karena ibunya meninggal karena kanker dan ayah Anna pergi meninggalkannya untuk menikah dengan
orang lain. Anna juga mengenalkan Udin pada satu temannya dan dari temannya diketahui bahwa sebelumnya Anna juga pernah bertunangan namun pertunangan itu selesai dengan tiba-tiba, tidak ada yang tahu alasan sebenarnya kecuali Anna.
Menghilangnya Anna kali ini membuat Udin tidak tenang karena ia kini tahu bahwa Anna sebelumnya sudah pernah bertunangan maka saat Anna kembali, Udin langsung bertanya dia pergi kemana saja tapi Anna tidak menjawab dan benar saja Anna meminta putus darinya. Tentu saja Udin tidak menerimanya hingga membuat Anna menangis tapi Anna tidak menceritakan alasannya, pada akhirnya Anna tetap pergi begitu saja setelah meminta putus secara sepihak.
Keesokan harinya Udin menerima surat dari Anna yang dikirimkan oleh teman Anna. Kemudian teman Anna bercerita bahwa seperti ibunya, Anna juga mengidap kanker yang sudah parah, dan karena mengenal Udin, Anna ingin hidup tetapi semuanya terlambat. Tetapi setelah memaksa Anna diberikan kesempatan untuk dioperasi dengan kemungkinan 80:20 kalau Anna akan selamat. Anna mengambil kesempatan itu tapi pada akhirnya Anna meninggal dan meninggalkan surat untuk Udin yang berisikan bahwa Anna meninggalkan hatinya untuk Udin selamanya.
Ditinggalkan oleh Anna yang walau dikenalnya hanya beberapa bulan membuat karir Udin merosot begitu juga kemampuannya dalam bergaul dan hal itu sudah berlangsung selama 2 tahun.

D. Penanganan Kasus
            Dalam kasus ini teknik pertama yang bisa digunakan adalah teknik psikoanalisa yaitu transferensi. Karena Anna bersikap misterius, ada hal-hal yang tidak sempat diungkapkan oleh Udin kepada Anna, maka Udin akan mengeluarkan segala emosi yang ia tekan selama ini pada konselor dan setelah Udin merasa sedikit lega, teknik berikutnya yang dapat digunakan yaitu teknik humanistik dengan pendekatan logo teraphy yaitu dengann modification attitude. Teknik modification attitude digunakan untuk noogenic neurosis,
depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau penyakit. Penekanannya pada reframing sikap dari negatif ke positif.
Udin yang mengalami depresi berat karena ditinggal meninggal oleh Anna akan diminta untuk menemukan sisi positif dari hal negatif yang ia alami. Terapis akan memposisikan diri sebagai Udin dan memberi tahu hal-hal positif yang telah ia lalui walau sudah tidak bersama Anna, memberitahu bahwa Anna meninggalkannya dengan harapan Udin tidak mengalami depresi dan juga bahwa walau mereka hanya mengenal sebentar tetapi Udin sudah berhasil membuat Anna berani menghadapi penyakitnya.
Dengan memberitahu hal-hal positif tersebut, depresi yang dialami Udin akan menurun dan akhirnya Udin dapat kembali merintis karirnya yang sempat menurun dan kembali bergaul dengan teman-temannya.

 Teknik Terapi Humanistik
Abraham Maslow menyatakan sebagai mazhab ke tiga dalam bidang psikologi,
mempertentangkan tradisi yang telah ada yaitu psikoanalisa dan aliran perilaku. Pada kedua aliran perilaku manusia dilihat, ditentukan, dibatasi oleh suatu kondisi dari naluri atau bakat atau insting tidak sadar. Paham lain menyatakan perilaku ditentukan oleh lingkungan atau pengaruh dari
keadaan. Kedua-duanya kurang berpandangan pada manusia. Psikologi humanistik berorientasi
pada manusia yang memiliki tujuan, nilai-nilai, pilihan, hak kebenaran, dan kapasitas untuk
menentukan nasibnya sendiri. Ia tidak menjadi korban yang tidak memiliki harapan dari kekuatan
yang tidak sadar atau hanya sekedar dari pengaruh dari lingkungan. Kemauan bebas dari manusia
tersebut dapat memaksimalkan potensi dan kebahagiaan dirinya. Tertinggi dari alasan manusia
adalah arah untuk mewujudkan dirinya secara maksimal.
Tugas therapist adalah membimbing individu untuk mengembangkan potensi ini dari
kekuatan pembatasan dari neurotik, dengan mengembangkan (1) empatik, pemahaman bahwa
dirinya unik, pandangan pribadi pada lingkungan, dan konsep diri klien; (2) pengembangan diri
dengan memberi harapan pada klien untuk mengalami dan menerima pengalaman, kejadian yang
ada, serta cakup pada apa yang telah mereka tolak; (3) memberi harapan secara penuh untuk
menerima dirinya yang unik, bertanggung jawab dan kebebasannya dalam bertindak pada sejumlah
pilihannya; dan (4) mewujudkan potensi secara penuh sebagai individu. Terapis sebagai individu
yang nyata terlibat pada pertemuan dengan kliennya, bebas dari pura-pura dan memainkan peranan, bukan sebagai terapis yang hanya bertindak teknis karena suatu interpretasi, memberi nasehat, atau dari pengaruh keadaan. Tujuan terapi humanistik adalah untuk berpindah dan menggerakkan seseorang yang minim motivasi, bergantung hanya pada lingkungan. Ia berharap dan bergantungpada lingkungan untuk menyediakan baginya kepuasan, menyatakan nilai sebagai individu,dorongan pertumbuhan sebagai manusia, bekerja keras untuk memperkaya dan memperbesarpengalamannya, hak untuk bergembira, dan memiliki otonomi (Maslow, 1962). Aktualisasi diri sangat jarang, hanya dapat dilakukan secara alami, spontan, bebas dari kecemasan, kondisi yang ragu, merasa diasingkan, tidak berharga, tidak memiliki pengalaman puncak, secara penuh, dan jelas; menjadi eksistensi individu secara penuh yang diserap dan berpusat pada pengalaman yang melebihi dari kungkungan penyimpangan yang telah disebutkan. Visi manusia dapat dipahami dan dapat dilakukan dengan pendekatan dari ‘pengalaman yang menghasilkan pertumbuhan’. Terapi tidak hanya mengarahkan sesuatu yang lebih baik, memperbandingkan yang kekurangan di masa
lampau atau gejala emosi, dan gerakan-gerakan ketidaksadaran. Ribuan orang secara formal mencari-cari pertumbuhan pribadi, mereka bergabung pada kelompok atau yang berpusat pada pertumbuhan pribadi. Banyak dari berbagai metode di mana para individu bergabung pada terapi kelompok, mereka berdiskusi untuk penggalian potensi individu. Hal ini menjadi dasar yang penting dan paling menyolokdari segi psikologi humanistik. Pendekatan psikologi humanistik hingga kini menjadi satu paket yang berisi gabungan nilai-nilai, daripada suatu teori sistematik kepribadian atau psikoterapi. Ajaran utama yang dibagikan adalah: (i) pemahaman kepribadian, memahami individu sebagai kesatuan; (ii) berpusat pada pengalaman individu daripada hanya perilaku yang dipandang dari sisi luar, seperti fenomenologi; (iii) sebagai metode ilmiah memerlukan partisipasi dari pengalaman, yang harus dihargai dari pengalaman empatik dan intuitif, yang tidak semata-mata mengunggulkan pengetahuan empirik; (iv) keunikan pribadi yang menjadi fokus yang penting; (v) tujuan, nilainilai, cita-cita. Dan berbagai hal di masa depan sebagai penentu lingkungan atau sejarah; (vi) tingkah laku manusia tidak dipandang hanya sebagai sesuatu yang sifatnya mekanistik atau
terminologi reduksi, tetapi lebih mengarah penekanan kebebasan manusia, dalam hal kreatifitas,
penilaian, dan aktualisasi diri; dan (vii) individu yang harus proaktif, mampu reaktif, bertindak
positif, menyesuaikan permintaan yang dituntut dari dirinya. Pola psikologi humanistik yang hadir lebih mengarah pada akar filosofi kemanusiaan yang lebih awal, fenomenologi dari Eropa, Eksistensialisme, dan politik liberalisme Anglo-Amerika. Gagasan psikologi humanistik ini dipertahankan oleh William James, Kurt Goldstein, Carl Rogers, Gordon Allport, dan Henry A. Murray dari sejumlah orang yang menentang psikologi ini sebagai psikologi yang posivistik. Jaman humanistik berpusat dari perluasan pengalaman, kegembiraan, pemenuhan dalam proses kehidupan. Hal-hal yang optimis dalam psikologi humanistik dapat memberikan pandangan dari sisi lain psikologi, yang pada saat itu banyak menghadapi kebingungan, dunia sebagai tempat yang menakutkan, dan peralihan waktu yang gelap. Pandangan manusia yang lebih baru mengarah pada suatu reaksi yang lebih dari hal-hal ilmiah dan pengembangan lingkungan, berkaitan dengan potensi mereka yang melihat kehidupan sosial dari pandangan dehumanisasi. Prinsip dan nilai-nilai psikologis humanistik nampak ramah, relevan, dipahami berkaitan dengan pengalaman hidup dan visi untuk hidup yang lebih baik.
Berikut ini akan diuraikan apa yang disebut dengan terapi humanistik yang berkembang,
terkenal, dan berkaitan dengan lebih menggambarkan keragaman pada area ini, yaitu: psikoterapi
yang berpusat pada klien, logoterapi Frankl, dan terapi gestalt dari Perls (pada kajian ini yang
dijelaskan hanya psikoterapi yang berpusat pada klien). Perlu adanya tambahan pertimbangan
konsep dari fenomenologi dan eksistensialisme yang mendasari terapi ini dan hubungannya dengan
terapis.
TERAPI BEHAVIORAL
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.  
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.  Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan  memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.

Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.

Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.

Tujuan:

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
§  Meningkatkan perilaku, atau
§  Menurunkan perilaku
§  Meningkatkan perilaku:
§  Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
§  Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
§  Mengurangi perilaku:
§  Punishment: memberi stimulus aversi
§  Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
§  Extinction: menahan reinforcer

Teori dasar Metode Terapi Perilaku
§  Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
§  Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
§  Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .

Bentuk bentuk terapi Perilaku
1.  Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
 Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.

2.  Exposure and Response Prevention (ERP),  untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.  Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran.  Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.

3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka.  Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia ),  pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi. 
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.

Tehnik Terapi: 
  1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
  2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
  3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
  4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
  5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi 
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.

6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
§  Attention to the model.
§  Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
§  Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
§  Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
§  reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif 
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
  1. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
  2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
  3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
  4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Prosedur:  
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.

Efek-efek samping:
§  Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
§  Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
§  Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
§  Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
§  Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
§  Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
§  Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
§  Modeling, metodenya dengan mengamati seorang  kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.  Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
§  Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.

CONTOH KASUS TERAPI BEHAVIORAL      :
Contoh Kasus Teknik Perkuatan Intermiten
- Seorang anak yang diberi pujian setiap berhasil menyelesaikan soal-soal matematika, misalnya, memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk berputus asa ketika menghadapi kegagalan dibanding dengan apabila si anak hanya diberi pujian sekali-sekali.


Contoh Kasus Teknik Penghapusan
- Jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.
- Contohnya, seorang anak yang telah belajar bahwa dia dengan mengomel biasanya memperoleh apa yang diinginkan, mungkin akan memperhebat omelannya ketika permintaannya tidak segera dipenuhi. Jadi, kesabaran mengahadapi periode peralihan sangan diperlukan.
Contoh Kasus Teknik Modelling
- Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
- Seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
- Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung.
- Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. 

TERAPI PSIKOANALISA
            Psikoanalisa secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan pandangan mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia. Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang ditekan.
Terapi psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.
Terapi psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut;
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien. Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Analisis Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Analisis dan interpretasi resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.

Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
CONTOH KASUS    :
Rina siswi SMP berumur 12 tahun, pintar dan selalu ingin melakukan yang terbaik. Rina menyukai hal yang berhubungan dengan seni dan pandai melukis. Tetapi ia sangat berbeda ketika diminta untuk mengerjakan soal-soal di depan kelas. Ia sering mengeluhkan beberapa kata yang menurut dia tidak ada maknanya. Ketakutan terhadap kemampuan membacanya menimbulkan masalah di sekolahnya, juga dengan temannya. Ia kadang merasa marah akan sesuatu dan sulit menenangkan diri, ia tampak khawatir  terhadap segala hal, selalu cemas akan bencana yang akan menimpah dirinya ketika ia berinteraksi dengan orang lain terutama teman-teman di sekolahnya. Jika ia gagal menciptakan sesuatu seperti yang ia harapkan, ia akan marah dan memukul ke segala arah dan membentur-benturkan kepalanya di tembok. Di rumah, keluarga Rina sering melihat tingkah lakunya yang selalu menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran mengenai suatu hal yg mengganggu tidurnya, ia selalu gelisah dan menyebabkannya jatuh sakit.
Cara menangani Kasus :
Pendekatan Psikoanalisis, karena memandang gangguan anxietas menyeluruh berakar dari konflik-konflik yang ditekan, sebagian besar psikoanalisis bekerja untuk membantu pasien untuk menghadapi sumber-sumber konflik yang sebenarnya. Penanganannya hampir sama dengan penanganan fobia. Menggunakan intervensi psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa lalu dan masa kini pasien dan mendorong cara yang lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain pada saat ini